Dunia Komputer

Ayo jelajahi dunia komputer disekitar kita, dan buka tabir teknologinya...

Telekomunikasi

Dengan teknologi, kita terbantu untuk saling berkomunikasi tanpa terhambat jarak dan waktu...

Networking

Era kekinian, komunikasi data terhubung begitu cepat begitu mudah...

Kesehatan

Kesehatan adalah kekayaan sejati... Bukan emas atau perak (Mahatma Gandhi)

Ngaji

“Ingatlah! lima perkara sebelum lima perkara, ”Sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati. (Hr. Hakim dan Baihaqi dalama bab Iman. Dan Ahmad dalam bab zuhud dari Ibnu Abbas r.hu).

Senin, 13 Agustus 2012

Jangan Coba-coba Lakukan 10 Hal Ini Jika Ingin Bahagia

Jakarta, Semakin hari tampaknya orang-orang semakin susah untuk mendapatkan kebahagiaan, entah karena urusan keluarga atau pekerjaan.

Penelitian baru dari Carnegie Mellon University pun mengungkapkan bahwa tingkat stres orang Amerika terus mengalami peningkatan selama 25 tahun, bahkan 1 dari 10 orang dilaporkan mengonsumsi obat-obatan antidepresan.

Biasanya stres dan ketidakbahagiaan ini datang dari diri Anda sendiri sehingga seorang pakar mengatakan bahwa untuk mengatasinya, setiap orang harus menyadari apa saja yang telah dilakukannya hingga memunculkan stres dan perasaan tak bahagia tersebut.

Untuk lebih jelasnya, simak 10 kesalahan umum yang biasanya Anda lakukan hingga merusak mood dan menyebabkan ketidakbahagiaan serta apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya seperti dilansir dari cbsnews, Rabu (8/8/2012) berikut ini.

1. Merenungkan masa lalu
Setiap orang pasti pernah mengalami trauma selama hidupnya. Cara seseorang untuk menghadapi trauma itu bisa saja membedakan cara orang yang bersangkutan untuk mendapatkan kebahagiaan.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Sciencemengungkapkan bahwa selalu memikirkan kejadian di masa lalu merupakan pemicu utama depresi klinis.

Hal ini karena banyak orang menderita apa yang disebut bias memori selektif (selective memory bias). Studi yang dipimpin oleh pakar neurosains kognitif Dr. Elizabeth Kensinger dari Boston College mengungkapkan bahwa orang cenderung lebih banyak mengingat kejadian-kejadian negatif di masa lalu daripada kejadian positif.

Semakin banyak hal buruk yang diingat maka mereka akan semakin cenderung terlalu menekankan hal itu dan membesar-besarkan dampaknya terhadap kehidupannya di masa kini.

Masa lalu memang tak bisa diubah namun merenungkannya memberikan perasaan ketidakberdayaan dan kepahitan yang kuat.

2. Mengejar ketenaran atau uang
Banyak penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kekayaan, barang-barang mewah dan ketenaran hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap kebahagiaan.

Survei yang dilakukan terhadap sejumlah milyarder Amerika dan dipublikasikan dalam jurnal Social Indicators Research menemukan bahwa sebagai sebuah kelompok masyarakat, mereka tak lebih bahagia dibandingkan rata-rata kelas menengah Amerika.

Hanya sedikit milyarder Amerika yang mengaku bahagia namun tak ada yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah uang. Lalu apa yang membuat mereka bahagia? Rata-rata mengaku dilimpahi kehangatan dan cinta dari pasangannya serta menemukan tujuan hidupnya.

Studi lain dari University of Rochester menunjukkan bahwa orang-orang yang mengejar ketenaran sebagai tujuan utama hidupnya takkan merasa bahagia dibandingkan mereka yang memiliki ambisi lebih tinggi.

3. Mencemaskan masa depan
Merenungkan masa lalu memang bisa menyebabkan depresi, namun hal ini sama halnya dengan mencemaskan masa depan.

Penelitian yang dilakukan oleh psikolog Suzanne Segerstrom dari University of Kentucky menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk memikirkan tentang 'bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi' maka mereka semakin cenderung membayangkan sesuatu yang sebenarnya takkan terjadi. Hal ini jelas-jelas menimbulkan emosi yang tak ada gunanya dan buang-buang waktu.

Hal ini tak hanya akan menimbulkan kecemasan namun penelitian yang dipublikasikan dalam jurnalCirculation ini juga mengindikasikan risiko penyakit jantung koroner hingga memperpendek angka kelangsungan hidup.

4. Terobsesi dengan penampilan fisik
Pada suatu waktu nanti, kecantikan itu akan memudar sehingga jika Anda terobsesi dengan hal itu maka kebahagiaan Anda ikut hilang bersamanya.

Sebuah studi dalam Journal of Positive Psychology mengemukakan bahwa seorang model yang berada di puncak kecantikannya sekalipun seringkali merasa tak bahagia dan memiliki lebih banyak masalah psikologis dibandingkan rekan-rekannya.

Studi lain dalam Australian and New Zealand Journal of Psychiatry yang mengamati anak-anak beusia 9-12 tahun menemukan bahwa orang-orang yang percaya kecantikan merupakan sumber kebahagiaan lebih cenderung terkena depresi dibandingkan orang yang tidak berpikir begitu.

Kecantikan membuat orang menjadi bergantung pada evaluasi orang lain. Hal ini menciptakan kecemasan karena harapan terhadap kebahagiaan akan diberikan oleh kenalan dan orang asing yang opini atau cara berpikirnya tak bisa dikontrol oleh orang yang tergila-gila pada penampilan fisik itu.

5. Melakukan kebiasaan buruk secara otomatis
Kebiasaan muncul setelah dilakukan berulang kali hingga alam bawah sadar bisa melakukannya tanpa terencana. Masalahnya, banyak orang dengan kebiasaan buruk yang biasa dilakukan secara otomatis tanpa menyadari bahwa kebiasaan semacam itu menjauhkannya dari pencapaian tujuan dan kebahagiaan.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific American mengungkapkan bahwa banyaknya 'kegagalan untuk mendapatkan kebahagiaan' itu justru berasal dari kebiasaan buruk, bukannya ketidakmampuan untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri.

Kabar baiknya, sekali Anda menyadari bahwa beberapa kebiasaan mensabotase kebahagiaan Anda, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Phillippa Lally dan dipublikasikan dalam European Journal of Social Psychology menunjukkan bahwa Anda bisa mengubahnya hanya dalam 18 hari.

6. Berpikir secara hitam dan putih
Orang-orang cenderung berpikiran menyimpang sehingga membuat sejumlah hal tampaknya lebih buruk dari kenyataannya.

Berpikir bahwa setiap masalah atau orang hanya ada dua macam yaitu baik atau buruk atau menggunakan kata-kata seperti tak pernah (never), tak ada (nothing), segalanya (everything) atau selalu (always) menunjukkan bahwa Anda adalah pemikir yang terpolarisasi.

Penelitian yang dipublikasikan oleh psikolog Nalini Ambady dari Stanford University telah menunjukkan bahwa pemikiran yang terpolarisasi menciptakan sedikitnya dua masalah serius:

Pertama, kondisi ini menjamin realitanya telah menyimpang sehingga mendorong munculnya keputusan yang buruk dan kesalahan kritis dalam menilai sesuatu. Kedua, terlalu banyak pikiran menyimpang memperbesar emosi negatif seperti depresi, kecemasan, kemarahan dan ketakutan.

7. Pesimis
Menurut penelitian, orang yang optimis hidupnya lebih lama dan lebih sehat. Psikolog Martin Seligman dari University of Pennsylvania telah mempublikasikan penelitian ekstensif yang menunjukkan bahwa orang yang optimis juga lebih sukses dalam berkarir, menghasilkan lebih banyak uang, punya lebih banyak teman serta memiliki hubungan romantis yang lebih tahan lama dan lebih baik daripada orang yang pesimis.

Secara kritis, penelitian baru dalam jurnal Psychological Science juga mengemukakan bahwa orang yang positif memiliki persepsi yang akurat terhadap realita dan menghadapi stres lebih baik daripada orang yang negatif.

Ketika hal-hal buruk terjadi pada orang yang optimis, mereka akan lebih tahan banting, lebih cepat untuk bangkit dan cenderung memenangkan kesulitan yang dihadapinya dibandingkan orang yang pesimis.

8. Berkutat dalam lingkungan yang negatif
Entah itu film, musik, video game atau tempat tinggal, lingkungan fisik bisa mempengaruhi kebahagiaan seseorang lebih banyak dari yang mereka sadari.

Penelitian menunjukkan bahwa setiap manusia sangat rentan dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri. Tak adanya cahaya alami yang masuk ke rumah, terlalu banyak kekacauan atau pencitraan yang buruk dapat memicu kecemasan, depresi dan insomnia.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Broadcasting and Electronic Media and Psychological Science menunjukkan bahwa terlalu banyak konsumsi media negatif seperti menonton film atau berita yang menyedihkan, memainkan video game yang penuh kekerasan, mendengarkan musik yang marah atau sedih serta membaca buku-buku yang isinya mengganggu dapat menyakiti mood, emosi dan prospek kehidupan Anda.

9. Berkumpul dengan orang-orang yang salah
Hampir sama dengan lingkungan fisik, keluarga atau teman-teman yang bersifat negatif, tak bahagia atau labil dapat menularkan karakteristiknya itu kepada Anda.

Beberapa studi yang dilakukan pakar ilmu sosial dan dokter Nicholas Christakis dari Harvard menunjukkan bahwa pikiran dan emosi, baik itu positif maupun negatif sangatlah menular dan bisa ditransmisikan satu sama lain hanya dalam waktu 1 detik.

Temuan lain menyatakan, orang-orang yang mempertahankan hubungan yang sehat akan lebih bahagia daripada mereka yang tidak melakukannya. Jaringan sosial yang kuat merupakan alasan mengapa orang Bangladesh, salah satu negara termiskin di dunia, dilaporkan memiliki tingkat kebahagiaan tertinggi dibandingkan orang-orang di negara maju.

10. Egois
Sebuah studi menemukan bahwa memahami perspektif orang lain, berbelas kasih dan membantu orang lain tanpa pamrih sangat penting untuk mencapai kebahagiaan.

Jika orang-orang semakin terfokus pada dirinya sendiri maka mereka akan semakin sering merenungkan, mengkhawatirkan dan membuat persepsi terhadap munculnya realita yang terburuk.

Studi lain yang dilakukan oleh Stephen G. Post dari Case Western Reserve University mengungkapkan bahwa orang-orang yang penuh perhatian dan suka membantu terlihat lebih bahagia, emosinya lebih tangguh, lebih sedikit memiliki masalah psikologis serta mengalami peningkatan kesehatan fisik dan angka harapan hidup.

Orang-orang semacam ini juga lebih cenderung mendapatkan promosi di tempat kerjanya, jarang stres dan tak mudah marah.

Sumber : detik.com


8 Pertanyaan Jebakan Saat Wawancara Kerja


Dalam proses perekrutan pegawai tiap perusahaan membutuhkan beberapa tahapan untuk melakukan seleksi bagi pelamar pekerjaan yaitu pada umumnya tahapan test tertulis, interview, test kesehatan (kalau ada). Tidak sedikit pula banyak dari calon karyawan yang telah lulus dalam test tertulis akan tetapi gagal dalam tahap interview atau wawancara. Mungkin ada baiknya membaca artikel ini yang diharapkan bisa membantu para calon karyawan dalam menyiasati pertanyaan dari pewawancara. Berikut beberapa daftar pertanyaan yang mungkin adalah sebuah jebakan dalam sebuah proses wawancara:


1. Mengapa kami harus mempekerjakan Anda?
Ini peluang Anda untuk “menjual” diri Anda. Uraikan dengan singkat dan jelas kelebihan yang Anda miliki, kualifikasi Anda dan apa yang dapat Anda sumbangkan bagi perusahaan tersebut. Hati-hati , jangan memberikan jawaban yang terlalu umum. Hampir setiap orang mengatakan mereka merupakan seorang pekerja keras dan memiliki motivasi. Berikanlah jawaban yang memperlihatkan keunikan yang Anda miliki.

2. Mengapa tertarik bekerja di perusahaan ini?
Pertanyaan ini merupakan salah satu alat bagi si pewawancara untuk mengetahui apakah Anda mempersiapkan diri anda dengan baik. Jangan pernah datang untuk sebuah wawancara pekerjaan tanpa mengetahui latar belakang perusahaan. Dengan memiliki informasi yang cukup mengenai latar belakang perusahaan tersebut maka pertanyaan di atas memberikan kesempatan kepada Anda untuk memperlihatkan inisiatif, dan menunjukkan apakah pengalaman serta kualifikasi yang Anda miliki sepadan dengan posisi yang diperlukan.

3. Apa kelemahan utama Anda?
Rahasia dalam menjawab pertanyaan di atas adalah dengan berkata jujur mengenai kelemahan Anda, tapi jangan lupa menjelaskan bagaimana Anda mengubah kelemahan tersebut menjadi kelebihan. Misalnya, bila Anda memiliki masalah dengan perusahaan terdahulu, perlihatkan langkah yang Anda ambil. Hal ini memperlihatkan bahwa Anda memiliki kemampuan dalam mengenali aspek yang perlu diperbaiki dan inisiatif dalam memperbaiki diri Anda.

4. Mengapa berhenti dari perusahaan terdahulu?
Walaupun Anda berhenti dari pekerjaan terdahulu dengan cara yang tidak baik, Anda harus berhati-hati dalam memberikan jawaban. Usahakan untuk memberikan jawaban yang diplomatis. Bila Anda memberikan jawaban yang mengandung aspek negatif, kompensasikan jawaban tadi dengan jawaban yang positif. Bila anda mengeluhkan tentang pekerjaan terdahulu, maka hal ini tidak memberi poin apa-apa buat Anda.

5. Bagaimana Anda mengatasi masalah?
Tidak mudah memberikan jawaban bila Anda mendapatkan pertanyaan seperti di atas, terutama bila Anda baru lulus dan tidak memiliki pengalaman kerja. Pewawancara ingin melihat apakah Anda dapat berpikir kritis dan mengembangkan solusi tanpa melihat jenis permasalahan yang Anda hadapi, bahkan walaupun Anda tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Gambarkan langkah-langkah yang Anda lakukan dalam memprioritaskan pekerjaan. Hal ini memperlihatkan bahwa Anda bertanggungjawab dan tetap dapat berpikir jernih walaupun sedang menghadapi masalah.

6. Prestasi apa yang dibanggakan?
Rahasia dari pertanyaan di atas adalah dengan menyeleksi dan memilih secara spesifik prestasi yang berhubungan dengan posisi yang sedang ditawarkan. Walaupun Anda pernah menjuarai bola basket pada waktu kuliah, tetapi ini bukan merupakan sebuah jawaban yang diharapkan. Berikan jawaban yang lebih profesional dan lebih relevan. Pikirkan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut dan kembangkan contoh yang memperlihatkan bagaimana Anda dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

7. Berapa gaji yang Anda harapkan?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang tersulit terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman kerja yang cukup.Yang perlu Anda lakukan sebelum wawancara adalah mencari tahu pasaran gaji untuk posisi yang ditawarkan agar Anda dapat memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Beritahu pewawancara bahwa Anda terbuka untuk membicarakan mengenai kompensasi bila saatnya tiba. Bila terpaksa, berikan jawaban yang berupa kisaran angka, bukan angka tertentu.

8. Bisa ceritakan mengenai diri Anda?
Mungkin pertanyaan di atas tampaknya mudah tetapi pada kenyataannya tidaklah semudah yang Anda bayangkan. Yang pasti Anda harus menyadari bahwa pewawancara tidak tertarik untuk mengetahui apa yang Anda lakukan di akhir pekan ataupun dari daerah mana Anda berasal. Pewawancara berusaha mengetahui Anda secara profesional. Siapkan dua atau tiga poin mengenai diri Anda, baik pengalaman kerja maupun sasaran karir Anda dan tetap konsisten. Rangkum jawaban Anda dengan mengungkapkan keinginan Anda sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Bila memiliki jawaban yang mantap maka hal ini dapat membawa Anda pada pembicaraan yang memperlihatkan kualifikasi Anda.

Sumber : kaskus.com